counter

Rabu, 16 Maret 2011

STOP mengeluh setelah lihat mereka

Jika Anda merasa selalu hidup dalam tekanan, coba lihatlah mereka..
Photobucket
Jika Anda merasa pekerjaan anda sangatlah berat, bagaimana dengan dia??
Photobucket
Bila Anda merasa gaji anda sangat sedikit, bagaimana dengan anak yg malang ini??
Photobucket
Jika Anda merasa belajar adalah sebuah beban, contohlah semangat dia..
Photobucket
Jika Anda sempat merasa putus asa, ingatlah orang ini??
Photobucket
Pantaskah kita mengeluh tentang makanan disaat ia sedang membayangkan makan happy meal??
Photobucket
Jika Anda merasa hidup anda sangat menderita, apakah anda juga merasakan penderitaan seperti orang ini??
Photobucket
Jika Anda merasa hidup Anda tidak adil, bagaimana dengan dia??
Photobucket
Di saat kita kecil dimanja dan di sayang, manjakah mereka?
Photobucket
Tdk merasa bersalahkah kita masih selalu tidak mendengarkan bahkan melawan ibu kita?
Photobucket
Tanyalah ke dalam diri kita sendiri, dibandingkan dengan mereka, seberapa beruntungkah sebenarnya kita?
Masih pantaskah kita selalu mengeluh akan masalah-masalah “kecil” yang menimpa hidup kita?
Di saat kita dihadapi oleh berbagai rintangan dalam hidup, ingat, kita tidak pernah kehilangan opsi untuk tetap bersyukur..
Bukankah bersyukur merupakan cara paling mudah untuk mencicipi kebahagiaan??
Mari kita Renungkan Bersama..

http://www.kaskus.us/showthread.php?t=3270251

Kebersamaan Tak Tergantikan

Indahnya hati ini,

Indahnya jiwa ini,

Indahnya dunia ini

Indahnya rasa ini

Indahnya Keluarga ini
sungguh indah jika kita dalam kebersamaan, tak ada yang lebih indah selain disaat kita bersama berkumpul, bercengkrama, bergurau dan bercerita, saling berbagi dan memotivasi, sungguh hal yang luar biasa.
bukan hanya itu, dengan kebersamaan kita bisa membangun diri memupuk dan mengembangkan diri. Sebab dengan dukungan dari teman,sahabat dan keluarga memberikan semangat yang begitu besar untuk melewati hari-hari dengan penuh makna.
dengan kebersamaan maka timbullah rasa kekeluargaan yang memupuk persaudaraan diantara sesama meskipun lewat nada, lewat kata dan lewat alunan jari yang terus mengeluarkan kata-kata indah untuk saling berbagi dan memberikan sesuatu yang kecil namun dengan kebersamaan sesuatu yang kecul itu menjadi sesuatu yang sangat besar oleh karena kebersamaan.
seperti semangat kekeluargaan yang kita jalin untuk menjaga dan mempererat rasa cinta kita sebagai keluarga besar LONTARA BARRU yang akan selalu terjalin dalam satu naungan, satu tekad dan satu ikatan
Menjadikan kebersamaan menjadi kekeluargaan yang penuh semangat dalam menyongsong masa depan.


sumber : http://blog.beswandjarum.com

Unhas Berangkatkan 193 Mahasiswa ke Barru

Hari ini Pembekalan di Gedung PGI


MAKASSAR -- Universitas Hasanuddin (Unhas) pada program KKN angkatan ke-79 tahun ini memberangkatkan 193 mahasiswa ke Kabupaten Barru. Mereka berasal dari enam fakultas, yaitu Fakultas Ekonomi, FIB, FISIP, FMIPA, Pertanian, dan Fakultas Teknik.

Hal ini  diungkapkan Kepala UPT KKN Unhas, Dr Hasrullah MA di ruang kerjanya, Selasa, 15 Maret. Namun sebelum pemberangkatan, katanya, mahasiswa yang memprogramkan KKN diwajibkan mengikuti pembekalan yang akan dilaksanakan besok (Rabu hari ini, red). "Tujuan pembekalan ini adalah memberi wawasan pada mahasiswa terutama tentang falsafah KKN. Karena Unhas merupakan pelopor program KKN di Indonesia Timur," katanya.

Lewat pembekalan ini, lanjutnya, mahasiswa akan mendapatkan materi dari beberapa pakar dan dosen. Materi tersebut adalah falsafah KKN, Mahasiswa dan KKN, pembangunan karakter, kewirausahaan berbasis marketing, observasi dan program KKN, serta jurnal, laporan dan penilaian KKN.

Pembekalan Rabu hari ini akan dibuka oleh Wakil Rektor I Unhas, Prof Dr Dadang Ahmad Suriamiharja. Pemateri yang akan hadir, antara lain, Prof dr Hafied Cangara MSc, Dr Hasrullah MA, Dra Irwani Pane SPI MKom, dan Dr Muhammad Farid MSi.

"Tujuan lokasi KKN adalah Kabupaten Barru dengan menyebar mahasiswa di tiga kecamatan. Yaitu Kecamatan Soppeng riaja, Tanete Rilau, dan Kecamatan tanete Riaja. Makanya kami juga menyampaikan terima kasih kepada Bupati Barru, Ir H A Idris Syukur MS, yang mempunyai kepedulian terhadap pengabdian kepada masyarakat," ucap Hasrullah.

KKN akan berlangsung selama dua bulan. Dr Hasrullah mengharapkan seluruh mahasiswa yang memprogram mata kuliah KKN agar mengikuti pembekalan yang merupakan kegiatan wajib bagi mahasiswa. "Pembekalan akan berlangsung dari jam 8 pagi hingga jam 4 sore," bebernya. (sam)

Senin, 14 Maret 2011

Warnet di Barru, ternyata sebagian pengunjung Berbuat Mesum



Mesum di Warnet
Populasi warnet atau warung internet di Kabupaten Barru cukup berkembang pesat. Bebagai hal mencuat setelah warung internet dan warung kopi berfasilitas free hotspot menjamur hingga ke pelosok. Mulai dari brrowsing, chatting, watching, hingga game online menjadi kebaiasaan baru masyarakat mulai kanak-kanak hingga orang dewasa. Namun, keberadaan warnet tidak saja menjadi tempat untuk menyatu dengan dunia maya. Tapi, fungsi warnet kini seolah bergeser ke hal-hal negatif.
Saat ini, warnet kerap pula dijadikan tempat pacaran hingga tempat aman untuk berbuat mesum. Terutama warnet yang memiliki room nyaris tertutup, sehingga pelanggan pun nyaris tak terlihat. Hal ini terekam  dalam pantauan Tim jurnalbarru beberapa pekan terakhir ini. Anak muda kota barru, terkhusus lagi pelajar yang tengah kasmaran. Tak jarang tertangkap basah beradegan mesum. Mulai dari saling pegang tangan, saling rangkul, saling peluk, saling berciuman, saling remas, hingga berpetting ria.
Sungguh ini tamparan keras bagi dunia pendidikan, karena kegiatan mesum itu mayoritas dilakukan oleh pelajar SMA/ sederajat. Khususnya diwarnet-warnet bilangan Jenderal Sudirman dan Pasar Sentral. Wilayah tersebut terkenal sebagai sentra masyarakat berpendidikan di Kabupaten barru.
Perbuatan mesum ini kerap terjadi pada jam-jam pulang sekolah hingga sore hari. Tak jarang kita menemukan pelajar yang masih berseragam lengkap beradu bibir bersama pasangannya di beberapa lokasi ini. Sehingga kesan yang timbul bagi mereka adalah, warnet merupakan tempat baru nan aman untuk ber”aksi”.
Yang lucu adalah pemilik-pemilik warnet seolah melakukan pembiaran terhadap hal ini. “Kita ini kan cari makan, so gak mungkinlah kita tegur. Kalau di tegur, pasti tidak kembali lagi main kesini” ungkap salah satu pemuda pemilik warnet yang meminta agar warnet dan namanya tidak dicantumkan saat ditemui setelah Sholat Jum’at 26 November.
Hal ini mesti menjadi perhatian besar para orang tua, guru. pemerintah dan pemilik warnet. Karena jika hal ini tidak di cegah sedini mungkin, maka icon kota santri akan bergeser menjadi kota mesum berikut nilai-nilai kehidupan lainnya.
Cukuplah eksistensi warung remang-remang, yang menjadi citra negatif Kabupaten barru. Tak usah ditambah sob...

sumber : http://jurnalbarru.wordpress.com

Pencairan BOS Tunggu Anggaran Imparsial




BARRU -- Pencairan dana biaya operasional  sekolah (BOS)  di Kabupaten  Barru mulai tersendat.  Namun kelambanannya dipicu  anggaran cair setelah penetapan APBD 2011.  Karena itu perlu diperlukan imparsial anggaran.

Anggota DPRD Barru, Bayaysit, Selasa 8 Maret menyatakan, persoalan pencairan dana BOS sudah jelas. Keterlambatannya hanya masalah peralihan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Pencairan tidak bisa dilakukan mengingat anggaran turun setelah APBD 2011 disahkan.

Menurut dia, bisa dilakukan pencairan dana setelah diimparsialkan Pemkab Barru. Imparsial anggaran itu sudah disepakati dalam rapat dengar pendapat dengan Dinas Pendidikan dan Dinas Pengelola Keuangan Daerah agar dana pendidikan itu bisa segera dicairkan.

Pada 2011 ini, anggaran pendidikan mendapat porsi yang cukup besar. Meski demikian tetap saja dilakukan skala prioritas. Seperti pembangunan ruang kelas baru sekolah dasar harus dilihat tingkat kebutuhannya. Ada saja sekolah yang muridnya sangat kurang. Karena  itu diusulkan tidak perlu penambahan kelas baru, cukup kelas yang ada disekat menjadi dua kelas.

Terkait dana BOS tersebut tambah Hj Azisa Main, juga harus dilakukan pengawasan ketat terhadap penggunaannya. Bagaimanapun ini penting demi masa depan pendidikan di Barru. (rus)


sumber : http://www.fajar.co.id

Senja di Sumpang Binangae



Twilight drops her curtain down, and pins it with a star - Lucy Maud Montgomery

Mungkin sudah ribuan kali saya menikmati senja. Tapi, ada satu pengalaman menikmati senja yang menurut saya paling nikmat. Pengalaman ini terjadi pada sebuah bibir pantai di tepi laut Makassar, Sulawesi Selatan. Senja yang meluruh itu saya temukan secara tidak sengaja saat melakukan perjalanan menyusuri Kabupaten Barru. Pengalaman ini pernah aku rekam di blog personalku. Senja ini selalu mengingatkan saya pada cerita “Sepotong Senja untuk Pacarku” karangan Seno Gumira Ajidarma.

Berikut aku bagikan kepada para Kokiers. Siapa tahu menjadi satu alternatif destinasi mengisi liburan sekolah saat ini. Sebut saja sepotong senja buat para Kokiers.

Pantai Sumpang Binangae di sore hari tampil menawan. Sinar matahari berwarna jingga keemasan memantul jauh dari ufuk Barat. Menjelajah jauh di hamparan lautan Makassar dan menimpa serombongan orang muda yang duduk-duduk di tanggul di tepi pantai menciptakan siluet. Sementara itu, angin pantai pelan-pelan menyapu wajah saya. Bau pasir pun menusuk hidung dan membangkitkan jiwa untuk melepas segala kepenatan di sore itu.

Batas cakrawala masih tampak tegas. Memanjang dan hilang ditelan bayangan gundukan pulau di sudut-sudut pantai. Puluhan kapal jenis bagang berpencar memenuhi pemandangan lepas pantai. Kapal bagang merupakan kapal induk para nelayan untuk mencari ikan. Kapal ini ukurannya lumayan besar. Dari jauh, bentuknya seperti laba-laba, khas dengan jaring-jaringnya. Kapal yang terbuat dari bahan baku kayu ini dilengkapi dengan tali temali kuat. Bagang menjadi andalan para nelayan yang berdomisili di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Biasanya, kapal-kapal ini melaut diiringi dengan kapal-kapal yang lebih kecil dan memanjang. Persis seperti ikan besar yang selalu dikuntit ribuan ikan kecil di belakangnya.

Tampak pula beberapa nelayan sedang bergerak menuju laut. Suara kapal motor terdengar jelas dan perlahan hilang menjauh. Di ufuk, tampak gundukan pulau Panikiang yang juga menjadi alternatif objek wisata di Barru. Katanya pulau ini terkenal dengan kerang mutiaranya. Mega-mega lembut bergerak pelan di langit yang sudah menjadi kemerah-merahan. Rombongan burung-burung pantai dengan formasi ujung anak panah itu terbang pelan nun jauh di langit. Sebuah simbol hidup yang benar-benar merdeka. Burung Lepa-lepa itu pun menambah pemandangan di langit sore itu tambah cantik.

Pemandangan di tepi pantai tidak kalah eksentrik. Bibir pantai yang diberi tanggul dengan beberapa undakan menjadi tempat yang mengasyikkan untuk bercengkerama di sore hari. Banyak orangmuda dan tua duduk-duduk hanya untuk menikmati sore, bersua dengan kerabat, sambil melepas kepergian bola raksasa yang tak lama lagi beringsut ke samudera Barat. Ada pula beberapa pasangan anak muda yang mondar-mandir di jalanan tepi pantai menambah geliat hidup kampung nelayan itu di sore hari.

Beberapa menit lagi, sore akan segera berubah menjadi senja dan senja akan tenggelam dalam selimut malam. Bola langit itu tinggal lima sentimenter lagi untuk menyudahi hari itu. Oleh karena itu, saya tidak menyianyiakan kesempatan untuk mengabadikan senja di Sumpang Binangae. Kamera digital segera dibuka dan beberapa shoot menangkap penggalan pantai dalam puluhan frame.

Saya sempat mengobrol dengan seorang lelaki tua yang duduk di tanggul sambil mengelus-elus jenggot putihnya yang tidak panjang. “Duduk duduk santai di sore hari di sini memang menyenangkan ya Pak,” tanya saya membuka perbincangan. “Iya, semenjak tanggul ini dibangun dan jalanan di tepi pantai diaspal, penduduk sini senang untuk duduk-duduk pada sore hari,” kata lelaki tua yang mengaku bernama Ahmad itu.

“Bapak seorang nelayan dan tidak melaut sekarang ini,” saya kembali bertanya. “Saya bukan nelayan. Anak saya yang suka pergi ke laut dengan kapal itu. Tapi, banyak nelayan yang meliburkan diri saat-saat ini karena lagi bulan purnama,” kata lelaki kelahiran Soppeng itu.

Saya terus menyusuri jalanan pantai dan tidak menyianyiakan senja itu. Saya seolah berpacu dengan waktu. Di deretan bibir sungai, ada juga beberapa bangku ditata rapi dengan dilengkapi dengan tandon plastik. Tempat untuk pasar kecil. Saya terus berjalan. Beberapa pedagang sudah menggelar jajanannya. Merapikan bangku-bangku tempat refreshing di malam hari. Ada nasi goreng, penjual mie kuah, ayam goreng, coto Makassar, dan sebagainya.

Sepuluh meter dari tempat para pedagang itu, ada sebuah tempat pelelangan ikan bernama TPI Sumpang. Di sana, keranjang-keranjang penuh ikan bandeng, cakalang, tuna, maupun udang windu. Bau amis segera menusuk hidung setelah saya masuk di kawasan becek tempat ikan-ikan dilelang itu. TPI dalam ukuran tidak begitu besar itu dikepung oleh sejumlah kios berderet rapi. Ada kios telepon, voucher, warung makanan, dan sebagainya. Wajah pasar nelayan di pinggir pantai. Di lokasi ini, ada anak-anak pengumpul ikan yang sering disebut paddodo. Bila ada kapal merapat, anak-anak ini akan tampak paling sibuk di sana.

Pukul enam lewat, gelap perlahan mulai menyergap pantai. Matahari baru saja amblas ke dalam samudra di horizon Barat. Menyisakan semburat jingga keemasan di langit. Kapal-kapal bagang sudah mulai menyalakan lampu-lampunya. Pendaran lampu bagang pun mulai menghiasai pantai yang mulai gelap.

Sebelum hengkang dari pantai, saya bertemu dengan seorang nelayan. Namanya Muhamad Nur, 36 tahun. Lelaki kelahiran Palopo ini mengaku sudah 20 tahun menjadi nelayan di Barru. “Bapak Nur tidak melaut sekarang,” tanya saya sambil menunjuk sebuah perahu motor yang bertolak dari pantai. “Tidak, saya melaut tiga hari lagi,” katanya.

Nur biasanya menggunakan perahu bagang untuk melaut. Meski belum mempunyai perahu sendiri, ia bersama 13 temannya melaut dalam satu perahu mirip laba-laba itu. “Sekarang, agak susah cari ikan. Jumlah ikan sepertinya berkurang. Tidak seperti tahun-tahun lalu yang banyak ikannya. Banyak nelayan yang rugi karena hasil tangkapnya tidak sesuai harapan,” kata bapak anak dua ini.

Nur dan kawan-kawannya memulai bertolak dari pantai pukul lima sore dan pulang pukul lima pagi. Tapi, biasanya bisa pula sampai berhari-hari. Tergantung hasil tangkapan, ketersediaan bahan bakar, maupun kesepakatan anggota kapal. Setelah melihat kondisi air laut, pukul 10 malam, mereka memutar jaring. “Dua atau tiga jam kita tarik. Biasanya untuk memutar dan mengangkat jaring ini saya lakukan bersepuluh,” kata Nur.

Lautan menjadi tantangan tersendiri bagi nelayan. “Tantangannya, musim Timur begini biasanya angin tidak begitu besar. Curah hujan pun berkurang. Pasa masa-masa ini, saya biasanya melaut. Kalau banyak angin dan hujan, saya tidak melaut. Saya memilih pulang ke kampung halaman di Palopo. Ini terjadi pada akhir dan awal tahun. Bulan keempat, saya sudah kembali ke sini,” imbuh Nur.

Kurangnya hasil tangkapan menjadi keprihatinan Nur sendiri sebagai nelayan. Apalagi hasil tangkapan itu untuk menghidupkan asap dapur keluarga dan menyekolahkan dua anaknya yang duduk di Sekolah Dasar dan satunya masih berumur tiga tahun itu.

“Untungnya tidak tentu tergantung hasil tangkapan. Rata-rata Rp 500 ribu per malam. Ini masih dibagi untuk 13 orang. Biasanya kalau dapat 10 juta kita bagi dua menjadi lima juta. Lima juta untuk orangnya bagan dan lima juta untuk anggota. Lima juta dibagi menjadi 14 anak dan masing-masing orang bisa mendapatkan Rp 300 ribu per bulan,” kata Nur sambil sesekali melempar pandangan jauh ke laut.

Pantai sudah gelap. Malam sudah mulai menyempurnakan dirinya. Di kejauhan gemerlap lampu-lampu kapal bagang menghiasai lautan. Terpantul pelan bersama gelombang yang menimbulkan riak dan suara ombak pantai yang khas. Lampu-lampu berkekuatan 250 watt dan berjumlah 70 buah di setiap kapal bagang itu seakan berlomba dengan bintang-bintang yang sudah mulai bertaburan di langit hitam.

Pertanda hari sudah malam...

Penulis : Sigit Kurniawan - Jakarta Barat
Sumber : Kompas Community

Minggu, 13 Maret 2011

DESAIN BAJU LONTARA BARRU

setelah mendapatkan kesepakatan dan persetujuan dari kawan kawan untuk desain baju Lontara Barru

berikut desainnya : 


 revisi desain belakang

designed by : anjoenk jespol

COLLIQ PUJIE: PEREMPUAN CERDAS, UNIK DAN PERKASA DARI BUGIS

Pengantar
Tidak banyak tokoh perempuan yang ”kebetulan” terkenal di Indonesia, terutama dari timur. Pencatatan sejarah Indonesia, disebabkan berbagai hal, telah menyebabkan peminggiran kiprah perempuan Indonesia. Salah satu tokoh dari timur yang telah melakukan hal-hal luar biasa, tapi banyak terlupakan adalah Colliq Pujie.
Colliq Pujie adalah pengarang dan intelektual perempuan yang lahir pada abad 19 di Sulawesi Selatan. Salah satu ikon yang sangat terkait erat dengan Arung Pancana ini adalah karya sastra La Galigo. Entah apa yang ada di benak Colliq Pujie ketika dia menyetujui permintaan B.F. Matthes, seorang missionaris Belanda, untuk menyalin kembali epos besar Bugis La Galigo tersebut. Nyatanya, salinan ulang tersebut lebih dari seratus tahun kemudian masih terus mencengangkan dunia. Tidak hanya panjang epos yang melebihi Mahabharata ini yang dikulik ahli dari beberapa negara. Colliq Pujie-pun menjadi subyek perbincangan dan penelitian.
Seminar Colliq Pujie di Makassar (Foto: Staf Unhas, 2009)
Seminar Colliq Pujie di Makassar (Foto: Staf Unhas, 2009)

Saya baru mengenal Colliq Pujie dari sisi yang paling luar. Namun dengan kerendahan hati, sebagai perempuan, bercermin dari apa yang saya tahu, saya memberanikan diri mengemukakan hal yang menurut pendapat saya bisa dikatakan sebagai sisi kuat dan unik dari penyalin naskah terpanjang di dunia ini. Paling tidak, menurut saya ada tiga hal yang menjadi kekuatan/keunikan Colliq Pujie yaitu bakat dan kemampuan yang dimiliki, warisan dunia La Galigo yang ditulis ulang oleh Arung Pancana ini, serta perpaduan sosoknya antara penggerak perjuangan fisik dan pemikir ulung.
Memiliki banyak bakat dan kemampuan
Colliq Puji memiliki banyak kemampuan. Kecerdasan emosional dalam memilah persoalan dan mengambil keputusan misalnya, begitu nampak saat cucu Syahbandar terkaya di Sulawesi Selatan tersebut bisa menyikapi “si kulit putih” (Tau Pute) pada saat yang tepat. Sikapnya tegas dan menunjukkan perlawanan ketika dia melihat Belanda sebagai pihak yang dengan berbagai cara menguasai masyarakat, adat dan tanah Bugis. Namun, dia juga menunjukkan sikap positif saat dia menyetujui permintaan B.F. Matthes, seorang misionaris Belanda, untuk menyalin kembali dengan tulisan tangan naskah La Galigo yang tersebar di banyak lontaraq.
Hanya Colliq Pujie yang mengetahui persis alasannya mau melakukan tindakan tersebut. Namun pilihan untuk menyalin dan menjadikan epos Bugis tersebut menjadi 12 jilid untuk kemudian dibawa Matthes ke Belanda terbukti strategis. Paling tidak ada bagian La Galigo yang tetap utuh, tercatat dan menjadi bahan kajian serta dinikmati berbagai bangsa di dunia. Hanya dengan pertimbangan cerdas dan kematangan emosionallah yang membuat seseorang mampu melakukan hal rumit tersebut selama bertahun-tahun.
Colliq Pujie adalah seorang sastrawan, sejarahwan sekaligus ilmuwan. Nurhayati Rahman (2008) menegaskan hal ini. Kemampuan menyalin kembali dan mengedit La Galigo tentunya tidak bisa dilakukan sembarang orang. Hanya mereka yang betul-betul ahlilah yang bisa melakukannya. Dalam hal ini, Colliq Pujie telah memperlihatkan diri sebagai perempuan cerdas yang mengetahui secara baik dan mendalam sastra dan budaya Bugis. Selain itu, dia telah menulis karya-karya seperti La Toa, yang menurut Nurhayati merupakan kredo politik Colliq Pujie. Menyadur karya sastra bernilai tinggi baik yang berasal dari Bugis maupun bangsa lain seperti Melayu dan Persia juga dilakukan cucu saudagar ternama ini (Rahman, 2008: 115).
Sebagai sejarahwan, pengetahuan dan pemahamannya dibuktikan saat perempuan beranak tiga ini misalnya menuliskan Sejarah Kerajaan Tanete. Kecerdasan Arung Pancana Toa juga menghantarkannya menciptakan huruf Bilang-bilang yang kemudian dijadikannya alat komunikasi rahasia dengan para pengikut dan sekutunya dalam upayanya menentang pendudukan Belanda di Tanah Bugis. Khusus huruf Bilang-bilang, Nurhayati berargumen bahwa surat menggunakan huruf rahasia inilah yang membuat pengikuti dan sekutunya melakukan beberapa perlawanan terhadap Belanda, terutama di Segeri dan Tanete (Rahman, 2008: 1). Bisa dihitung jari berapa gelintir orang di dunia ini yang mampu mencipta huruf, salah satunya adalah Colliq Pujie.
Masih banyak lagi kemampuan lain yang telah diperlihatkan Colliq Pujie seperti penguasaan administrasi dan keuangan pemerintahan ( berdasarkan pengalaman di Kerajaan Tanete) serta kepemimpinan (menjadi Ratu di Pancana dan Lamuru). Hal lain lagi yang bisa disebutkan adalah kemampuannya menguasai bahasa (Melayu, Bugis, Makassar dan Arab). Sudah barang tentu masih banyak lagi bakat dan kemampuan yang telah ditunjukkan oleh perempuan yang bernama Melayu Retna Kencana ini.
Meninggalkan sebuah warisan bagi dunia
Hal ini kelihatannya yang paling banyak disorot dari seorang Colliq Pujie. Kemampuannya menyalin kembali sekaligus mengedit 12 jilid La Galigo telah menjadikannya sebagai intelektual dan sastrawan yang menjadikan epos Bugis tersebut bisa dibaca dan dipelajari siapa saja. Perempuan ini mampu menjadikan La Galigo tidak lagi hanya menjadi milik orang Bugis semata atau bangsa Indonesia saja, tapi menjadi milik dunia. Jika dulu bangsa-bangsa Eropa datang dan menduduki tanah Bugis, maka dengan La Galigo, Bugis-lah yang ”menguasai dunia” dengan caranya sendiri.
Selain itu, warisan sastra tersebut tidak hanya melintasi ruang, tapi juga waktu. Berbagai negara sekarang ini misalnya telah menikmati pertunjukan teatrikal La Galigo, padahal sang penulis ulang dan editornya telah terbaring tenang di alam keabadian lebih dari satu abad yang lalu di Tucae. Melalui banyak kajian tentang naskah tersebut ditambah dengan beberapa pertunjukan di berbagai negara, tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa La Galigo telah menjadi salah satu pengharum nama Indonesia di tingkat internasional. Tentunya, semua ini tidak akan terjadi tanpa campur tangan dan keputusan Colliq Pujie untuk mau menuliskan ulang dan mengedit La Galigo lebih dari seratus tahun lalu.
Perpaduan dua hal: penggerak perjuangan fisik dan pemikir ulung
Indonesia memiliki beberapa pahlawan nasional perempuan. Salah satunya Tjoet Nyak Dhien (1848-1908) yang secara berani memporakporandakan Belanda dalam Perang Aceh. Perempuan ini maju memimpin pertempuran. Kita juga memiliki RA Kartini (1879-1904) yang bersemangat membebaskan diri dari belenggu keterkungkungan perempuan Jawa di masanya dengan melakukan pembebasan pikiran yang tertuang melalui surat-suratnya.
Namun, entah di sengaja atau tidak, ada dua sisi yang ingin ditonjolkan secara terpisah di sini tentang sosok perempuan sebagai pahlawan di Indonesia. Bisa jadi mereka dipandang luar biasa karena berjuang secara fisik ATAU karena dianggap sebagai pemikir yang melahirkan sesuatu yang luar biasa. Tetapi, saat mengenal, walaupun masih sangat awal, Colliq Pujie, yang lahir lebih dahulu dari kedua tokoh tersebut, ada nuansa berbeda ditemui.
Di Tanah Bugis, Colliq Pujie menjadi salah satu penentang kekuasaan Belanda. Anaknya sendiripun yang menjadi perpanjangan tangan Belanda, tanpa kompromis ditentang oleh perempuan pemberani ini. Oleh Nurhayati Rahman (2008), dia disebut sebagai aktor perlawanan rakyat. Belanda begitu mengkhawatirkan kemampuan dan karisma Colliq Pujie dalam mempengaruhi dan mengorganisir sekutu dan pengikutnya untuk melakukan perlawanan sehingga diapun, karena alasan politis, dikucilkan oleh Belanda selama 10 tahun dengan mendapat tunjangan seadanya. Inilah sisi lain Colliq Pujie.
Sisi kedua dari seorang Colliq Pujie adalah kemampuan intelektual dan emosionalnya (seperti telah diuraikan di atas) yang dalam banyak hal terbukti luar biasa, baik dalam bidang ilmu pemerintahan, sejarah, sastra maupun budaya. Karya-karyanya sampai saat ini masih menjadi bukti nyata abadi akan kemampuannya tersebut.
Jadi, Colliq Pujie telah mampu memadukan dua kekuatan menjadi satu. Layaknya dua sisi mata uang koin, dalam diri seorang Colliq Pujie, semangat juang Tjoet Nyak Dhien dan para pejuang perempuan lain seakan bertemu dengan kekuatan intelektual Kartini, Dewi Sartika dan lainnya. Keduanya tidak terpisahkan dan saling melengkapi. Apa yang ditemui dalam diri Colliq Pujie ini bisa menjadi satu cara pandang baru di Indonesia dalam melihat ketokohan dan kepahlawanan perempuan.
Penutup
Mengingat begitu banyaknya kekuatan dan keunikan yang dimiliki Colliq Pujie, layaklah memang seperti yang disebut oleh beberapa ahli seperti Ian Caldwell, bahwa perempuan perkasa ini adalah milik dunia. Jika dunia saja mengakui ketokohan Colliq Pujie, kenapa kita sebagai bangsa Indonesia tidak?
Daftar pustaka
NN, 2009, ”Simbol Kesetaraan Gender Dalam Naskah Lontaraq Tanete Karya Retna Kencana Arung Pancana Toa Colliq Pujie”, http://gemasastranusantara.wordpress.com, diunduh pada 4 April 2009
Rahman, Nurhayati, 2006. Cinta, Laut dan Kekuasaan dalam Epos La Galigo, Makassar, La Galigo Press, hal. 3-55
Rahman, Nurhayati, 2008. Intelektual Penggerak Zaman, Makassar, La Galigo Press
Tulisan ini merupakan revisi makalah “Colliq Pujie: Perempuan Cerdas, Unik dan Perkasa dari Bugis” oleh Swary Utami Dewi. Dipresentasikan dalam Seminar Sehari Pengusulan Pahlawan Nasional “Retna Kencana Colliq Pujie Arung Pancana Toa”, Hotel Makassar Golden, Makassar, 18 April 2009

Berbagai macam tempat wisata dan ragam budaya di KAB. BARRU

Pantai Kupa terletak di Desa Kupa, Kecamatan Mallusetasi. Lokasinya berjarak 40 Km dari Kota Barru dan 140 Km dari Kota Makassar.

Pantai Pancana terletak di Desa Pancana, Kecamatan Tanete Rilau. Lokasi ini berjarak 18 Km dari Kota Barru dan 82 Km dari Kota Makassar. Pantai ini sangat indah khususnya sunsetnya.


Pantai Lapakaka terletak di Desa Bojo baru, Kecamatan Mallusetasi. Lokasinya berjarak 49 Km dari Kota Barru dan 149 Km dari Kota Makassar.

Pantai Lembae terletak di Desa Coppo, Kecamatan Barru. Lokasinya berjarak 3 Km dari Kota Barru dan 103 Km dari Kota Makassar.

Pantai Ujung Batu terletak di kelurahan Sumpang binangae, berjarak 2 Km dari ibukota Kabupaten. Lokasi ini memiliki bibir pantai yang indah dan landai dengan hamparan pasir yang luas sebagai sarana untuk berjemur. Dari lokasi ini dapat pula disaksikan perahu-perahu nelayan dengan berbagai asesorisnya. Obyek ini selain memiliki view yang eksotis, juga didukung oleh infrastruktur jalan yang baik dan dekat dengan sentra perekonomian.


Sumber : Pemkab Barru

SUASANA SENJA SORE DI UJUNG BATU BARRU

MENIKMATI SENJA SORE DI UJUNG BATU BARRU
Salah satu tempat wisata yang sangat Dibanggakan Oleh Barru...Adalah UJUNGBATU....

UJUNGBATU adalah Salah satu tempat bersantai masyarakat Barru,.di Salah satu bagian UjungBatu Ujungbatu terdapat Tempat permandian laut yang Memiliki pemandangan
yang sangat Eksotis....dan Gambaran Pantai yang Membuat hati Jadi tenang hehehehe...
Dan Juga Ujungbatu menjadi salah satu Pusat Nongkrong AnakMuda Kab.Barru....
Ujung Batu Dimalam Minggu sangat Ramai....Paling Enak Nongkrong Di tempat Inie...Apalagi Ditemani jajanan Yang Khas dengan Angin Pantai...
SARRABBA + JALKOT >>>> MANTAP,....heheheeh


Berikut adalah foto Suasana Senja Sore(Sunset)....yang Pastinya di UjungBatu..







sumber :
anjoenk.blogspot.com

MENGENAL LEBIH DEKAT KAB.BARRU

KABUPATEN BARRU

Kabupaten Barru terletak diPesisir Pantai barat, Propinsi Sulawesi Selatan
Berada pada koordinat 4 05' 49"- 4 47' 35" Lintang Selatan dan 119 35' 00" - 119 49' 16" Bujur Timur.

Adapun kab.Barru Berbatasan dengan :
- Sebelah UTARA   : Berbatasan dengan Kota Pare-pare dan Kab.Sidrap.
- Sebelah TIMUR   : Berbatasan dengan Kab.Soppeng dan Bone.
- Sebelah Selatan    : Berbatasan dengan Kab.Pangkep.
- Sebelah Barat       : Berbatasan dengan Selat Makassar.

Luas Wilayah Sekitar 117.400.72 Ha,Berada kurang lebih 100 Km sebelah utara kota Makassar, Akses ke daerah Barru sangat Mudah,..Bisa ditempuh
dengan Menggunakan kendaraan Roda Dua ataupun Roda Empat...dengan waktu tempuh antara 2-3 jam perjalanana dari kota Makassar.

Profil daerah Barru memiliki tiga wilayah,..
- Dimensi Pantai..
- Daratan/landai..
- Pegunungan..

Dengan Berbagai ciri spesifiknya merupakan refleksi perpaduan..berbagai potensi Alam, khususnya wisata baik wisata alam, pantai/bahari, Agrowisata
, wisata sejarah maupun budaya.


Wilayah Kabupaten Barru terdiri dari 7 Kecamatan dan 54 Desa/kelurahan.
Secara geografis terletak antara pada koordinat Topografi anatara 0 - 25 meter.
dari permukaan Laut(dpl) hingga > 1000-1500 meter dpi dengan kemiringan 0 - 2% hingga > 40%.
dan mempunyai Kepadatan Penduduk kurang Lebih 160.428 jiwa.

Berdasarkan posisi geografis, kondisi iklim daerah ini termsuk dalam iklim tropis, temperature uadara berkisar 20 sampai 35 Celcius dan berdasarkan
Klafikasi Schmidht Fergusson Beriklim Tipe B.

Posisi Wilayah ini berada pada jalur Trans Sulawesi dan merupakan daerah Lintas wisata yang terletak antara kota Makassar,Pare-pare dan Tanatoraja.
Serta termasuk dalam kawasan Pembangunan Ekonomi Terpadu (kapet Pare-pare).


SAVE OUR BARRU...


AYO LESTARIKAN BUDAYA DAN OBJEK WISATA KITA...
AGAR ANAK CUCU KITA MASIH DAPAT MELIHAT KEINDAHAN BARRU KITA.
 
sumber : anjoenk.blogspot.com